Ancaman Siksa Kubur Akibat Ghibah dan Air Kencing
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Ancaman Siksa Kubur Akibat Ghibah dan Air Kencing merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 16 Muharram 1443 H / 25 Agustus 2021 M.
Download kajian sebelumnya: Ancaman Dari Berbicara Saat Buang Air
Kajian Hadits Ancaman Siksa Kubur Akibat Ghibah dan Air Kencing
Hadits ke-158
Dari Ibnu Abbas -semoga Allah meridhainya- ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
عامة عذاب القبر في البول فاستنزهوا من البول
“Kebanyakan adzab kubur karena air kencing, maka berhati-hatilah kalian dari air kencing.” (HR. Al-Bazzar, Thabrani, Al-Hakim)
Hadits ini menunjukkan bahayanya kalau kita tidak berhati-hati dari air kencing. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa kebanyakan adzab kubur gara-gara air kencing. Maka hendaklah kita berhati-hati dan perhatian dalam masalah ini.
Hadits ke-159
Dari Anas -semoga Allah meridhainya- ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تنزهوا من البول فإن عامة عذاب القبر من البول
“Sucikan diri kalian (hati-hati) dari air kencing, karena kebanyakan adzab kubur itu dari air kencing.” (HR. Ad-Daruquthni)
Ini menunjukkan tentang penting sekali kita untuk berhati-hati dari air kencing.
Hadits ke-160
Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata:
بينما النبي صلى الله عليه وسلم يمشي بيني وبين رجل آخر إذ أتى على قبرين فقال إن صاحبي هذين القبرين يعذبان فائتياني بجريدة
“Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berjalan antara aku dengan seseorang yang lain, tiba-tiba beliau mendatangi dua kuburan. Lalu Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya dua penghuni kubur ini sedang diadzab, maka tolong carikan kepadaku pelepah kurma.’
Abu Bakrah berkata: ‘Maka aku berlomba dengan temanku untuk mencari pelepah kurma dan aku berhasil menemukannya dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.’ Nabi membelah dua pelepah tersebut, kemudian Nabi menanam sobekan pelepah yang satu di kuburan ini dan satu lagi di kuburan yang lain. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لعله يخفف عنهما ما دامتا رطبتين إنهما يعذبان بغير كبير الغيبة والبول
‘Semoga keduanya diringankan siksanya selama pelepah ini masih basah. Sesungguhnya keduanya sedang diadzab dengan sesuatu yang tidak dianggap besar olehnya; yaitu ghibah dan kencing.`” (HR. Thabrani, Ibnu Majah)
Pada hadits ini terlihat betapa para sahabat berlomba-lomba untuk mempraktikkan perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka kewajiban kita pun juga demikian. Kita berusaha untuk berlomba-lomba mempraktikkan perintah dan meninggalkan larangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Apakah sunnah menanam pohon di kuburan?
Perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menanam pelepah kurma apakah ini menunjukkan disunahkan menanam tanaman di kuburan? Jawabanya tidak. Sebab kalau itu sunnah tentu tidak hanya pada dua kuburan itu saja, tapi semua kuburan yang lainnya. Ternyata tidak pernah kita mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi kuburan baqi’ yang itu isinya kuburan kaum muslimin lalu satu persatu kuburan itu ditanam oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini tidak pernah dilakukan. Maka perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini tidak bisa dijadikan sebagai sebuah keumuman. Dan juga jika itu disyariatkan untuk ditanam, tentu Nabi tidak akan menyobeknya. Karena kalau disobek maka pelepah kurma cepat keringnya.
Adapun perkataan sebagian ulama bahwa keduanya diringankan siksanya karena dzikirnya pelepah kurma adalah pendapat yang sangat lemah. Sehingga atas dasar itu -kata mereka- karena itu diringankan oleh dzikir pelepah tersebut, berarti kalau ditanam pohon lebih berpengaruh lagi. Kalaulah itu sesuatu yang dipahami Rasulullah dan para sahabatnya, tentu mereka yang langsung melakukannya.
Dan kalau seperti itu, tentunya mayat yang paling bahagia adalah yang paling besar pohonnya. Yang jelas ini batil, saudaraku sekalian.
Akan tetapi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan illat-nya yaitu sebagai syafaat Nabi untuk keduanya selama pelepah tersebut masih basah. Dan ini adalah kekhususan untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak untuk yang lainnya. Terlebih lagi di situ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diberi tahu oleh Allah bahwa mayat itu sedang diadzab. Sementara kita tidak tahu apakah dia diadzab atau tidak.
Maka hadits ini tidak bisa dijadikan dalil tentang disunnahkannya menanam pohon di kuburan.
Bahaya menganggap remeh dosa
Imam Ghazali -sebagaimana disebutkan dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin- menyebutkan bahwa di antara sebab dosa kecil menjadi besar adalah ketika dianggap remeh. Dalam hadits ini dijelaskan bahwa keduanya tidaklah diadzab dengan perkara yang mereka anggap besar (padahal itu besar dimata Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Ghibah penyebab pelakunya diadzab dalam kubur
Kita terkadang begitu manisnya berghibah menceritakan aib orang. Walaupun tentunya para ulama mengecualikan boleh ghibah dalam keadaan yang maslahatnya jauh lebih besar dan sangat dibutuhkan. Seperti mengghibah ahli bid’ah, tapi hanya pada kesesatannya saja, tidak pada yang lainnya.
Misalnya juga ketika meminta tolonga supir untuk menjemput teman kita di bandara. Lalu kita menyebutkan ciri-ciri fisik supir kita yang kurang. Maka yang seperti ini boleh karena dibutuhkan.
Demikian pula seorang istri yang mempunyai masalah rumah tangga hingga akhirnya harus menceritakan tentang sifat suaminya kepada seorang Ustadz atau Hakim untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Maka yang seperti ini para ulama mengatakan boleh karena maslahatnya jauh lebih besar.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian Ancaman Siksa Kubur Akibat Ghibah dan Air Kencing
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50589-ancaman-siksa-kubur-akibat-ghibah-dan-air-kencing/